TUGAS 8
INFRASTRUKTUR KEAIRAN
A.
Bangunan Pengaturan
Sungai
Bangunan
pengaturan sungai adalah suatu bangunan air yang dibangun pada sungai dan berfungsi
Mengatur aliran air agar tetap stabil, dan Sebagai pengendalian banjir. Jenis-jenis Bangunan
Pengaturan Sungai, yaitu :
1.
Perkuatan Lereng ( Revetments )
Perkuatan
lereng ( revetments ) adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng
guna melindungi suatu tebing sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara
keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang
dilindunginya. Perkuatan lereng terdiri atas 3 jenis yaitu :
Gambar 1. Jenis – Jenis
Perkuatan Lereng
1)
Perkuatan lereng tanggul (levee revetment),
Dibangun
pada permukaan lereng tanggul guna melindungi terhadap gerusan arus sungai dan
konsdtruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-tanggul yang sangat dekat dengan tebing
alur sungai atau apabila diperkirakan terjadi pukulan air (water hammer).
2)
Perkuatan tebing sungai (low water revetment)
Perkuatan
semacam ini
diadakan pada tebing alur sungai, guna melindungi tebing tersebut terhadap gerusan arus
sungai dan mencegah proses meander pada alur sungai. Selain itu harus diadakan pengamanan-pengamanan
terhadap kemungkinan kerusakan terhadap bangunan semacam ini, karena disaat terjadinya banjir bangunan tersebut akan
tenggelam seluruhnya.
3)
Perkuatan lereng menerus (high water revetment).
Perkuatan
lereng menerus dibangun pada lereng tanggul dan tebing sungai secara menerus (pada bagian
sungai yang tidak ada bantarannya).
2.
Pengarah Arus ( Krib )
Krib
adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai kearah tengah, guna mengatur arus
sungai dan tujuan utamanya adalah :
a)
Mengatur arah arus sungai,
b)
Mengurangi kecepatan arus sungai
sepanjang tebing sungai,
c)
Mempercepat sedimentasi,
d)
Menjamin keamanan tanggul atau
tebing terhadap gerusan,
e)
Mempetahankan lebar dan kedalaman
air pada alur sungai,
f)
Mengonsentrasikan arus sungai dan
memudahkan penyadapan.
Krib
juga adalah
bangunan air yang secara aktif mengatur arah arus sungai dan mempunyai efek
positif yang besar jika dibangun secara benar. Sebaliknya, apabila krib
dibangun secara kurang semestinya, maka tebing di seberangnya dan bagian sungai
sebelah hilir akan mengalami kerusakan. Karenanya, haruslah dilakukan
penelaahan dan penelitian yang sangat seksama sebelum penetapan tipe suatu krib yang akan
di bangun. Krib dibedakan atas
beberapa macam, yaitu :
1)
Krib Permeable
Gambar 2. Krib
Permeable
Pada
tipe permeable, air dapat mengalir melalui krib. Bangunan ini akan melindungi
tebing terhadap gerusan arus sungai dengan cara meredam energy yang terkandung
dalam aliran sepanjang tebing sungai dan bersamaan dengai itu mengndapkan
sendimen yang terkandung dalam aliran. Krib permeable terbagi dalam beberapa
jenis, antara lain jenis tiang pancang, rangka pyramid, dan jenis rangka kotak.
Krib permeable disebut juga dengan krib lolos air. Krib lolos air adalah krib
yang diantara bagian-bagian konstruksinya dapat dilewati aliran, sehingga
kecepatannya akan berkurang karena terjadinya gesekan dengan bagian konstruksi
krib tersebut dan memungkinkan adanya endapan angkutan muatan di tempat ini.
2)
Krib Impermeable
Gambar 3. Krib
Impermeable
Krib
dengan konstruksi tipe impermeable disebut juga krib padat atau krib tidak
lolos air, sebab air sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh krib. Bangunan
ini digunakan untuk membelokkan arah arus sungai dan karenanya sering terjadi
gerusan yang cukup dalam di depan ujung krib atau bagian sungai di sebelah
hilirnya. Untuk mencegah gerusan, di pertimbangkan penempatan pelindung dengan
konstruksi fleksibel seperti matras atau hamparan pelindung batu sebagai
pelengkap dari krib padat. Dari segi konstruksi, terdapat beberapa jenis krib
impermeable misalnya brojong kawat, matras dan pasangan batu.
3)
Krib Semi Permeable
Krib
semi permeable ini berfungsi ganda yaitu sebagai krib permeable dan krib padat.
Biasanya bagian yang padat terletak disebelah bawah dan berfungsi pula sebagai
pondasi. Sedangkan bagian atasnya merupakan konstruksi yang permeable
disesuaikan dengan fungsi dan kondisi setempat. Krib semi permeable disebut
juga dengan Krib semi lulus air adalah krib yang dibentuk oleh susunan pasangan
batu kosong sehingga rembesan air masih dapat terjadi antara batu-batu kosong.
4)
Krib Silang dan Memanjang
Krib
yang formasinya tegak lurus atau hamper tegak lrus sungai dapat merintangi arus
dan dinamakan krib melintang. Sedangkan krib yang formasinya hamper sejajar arah arus sungai di
sebut krib memanjang.
3. Tanggul
Tanggul
disepanjang sungai adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling penting
dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap
genangan-genanganyang disebabkan oleh banjir dan badai (gelombang pasang). Tanggul
dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul merupakan bangunan menerus yang
sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar karena
tanah merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi tanggul
sangat mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya
serta mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang tidak
rata, sehingga perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah
dikerjakan.
Gambar 4. Jenis –
Jenis Tanggul
Berdasarkan
fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai dan kondisi topografi
setempat, tanggul dapat dibedakan sebagai berikut :
a)
Tanggul utama
Bangunan tanggul
sepanjang kanan-kiri sungai guna menampung debit banjir rencana.
b)
Tanggul sekunder
Tanggul
yang dibangun sejajar tanggul utama, baik di atas bantaran di depan tanggul
utama yang disebut tanggul musim panas maupun di belakang tanggul utam yang
berfungsi untuk pertahanan kedua, andaikan terjadi bobolan pada tanggul utama.
Tergantung pada pentingnya suatu areal yang dilindungi kadang-kadang dibangun
pula tanggul tersier.
c)
Tanggul terbuka
Pada
sungai-sungai yang deras arusnya, biasanya dapt dibangun tanggul-tanggul yang
tidak menerus, tetapi terputus-putus. Dengan demikian puncak banjir yang tinggi
tetapi periode waktunya pendek dapat dipotong, karena sebagian banjir mengalir
keluar melalui celah-celah antara tanggul-tanggul tersebut memasuki areal-areal
di belakang tanggul yang dipersiapkan untuk penampungan banjir sementara.
Biasanya areal-areal penampungan tersebut dikelilingi tanggul-tanggul pula.
Setelah banjir mereda, maka air yang tertampung tersebut, kemudian mengalir
kembali ke dalam sungai melalui celah-celah ini. Jadi tidak diperlukan adanya
pintu-pintu atau pelimpah serta bangunan pelengkap lainnya.
B.
Bangunan Pengendali Sedimen
Bangunan
pengendali sedimen adalah suatu
bangunan air yang dibangun
pada sungai dan berfungsi Mencegah terjadinya sedimentasi. Sedimen terbawa hanyut oleh
aliran air, yang dapat dibedakan sebagai endapan dasar, dan muatan melayang.
Karena muatan dasar senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai
kadang-kadang naik, tetapi kadang-kadang turun ( degradasi ). Sedangkan muatan melayang tidak berpengaruh pada
alterasi dasar sungai, tetapi dapat dapat mengendap di dasar waduk-waduk, sehingga bisa
menimbulkan berbagai masalah dan
pendangkalan waduk maupun muara sungai. Berikut
adalah beberapa bangunan Pengendalian Sedimen.
1.
Bendung Penahan ( Check Dam )
Check
dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan sedimen dalam
jangka waktu sementara atau tetap, dan harus tetap melewatkan aliran air baik melalui mercu
maupun tubuh bangunan. Check dam juga digunakan untuk mengatur kemiringan dasar saluran drainase sehingga
mencegah terjadinya penggerusan dasar yang membahayakan stabilitas
saluran drainase.
Gambar 5. Check Dam
Bendung-bendung
penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat gerakan dan
berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-gaya
yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan yang cukup
kuat. Selain itu untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap
bendung harus dibuat dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan
sama dengan diameter maksimum batu-batu yang diperkirakan akan melintasi.
Sangat sering runtuhnya bendung penahan disebabkan adanya kelemahan pada
sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-sambungan harus dikerjakan
dengan sebaik-baiknya.
Walaupun
terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan sedimen, tetapi metode pembuatan
desain untuk pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada konstruksi
sayap mercu serta ukuran pelimpah dan bahan tubuh bendung. Untuk bendung
pengendali gerakan sedimen secara fluvial yang bahannya berbutir halus,
mercunya dapat dibuat lebih tipis. Bahan untuk tubuh beton selain beton dan
pasangan batu dapat juga dari kayu, bronjong kawat, atau tumpukan batu. Sedangkan
untuk bendung penahan gerakan massa biasanya digunakan beton dan pasangan batu.
Tipe bendung yang dipakai adalah tipe gravitasi yang lebih rendah dari 15 m.
2.
Bendung Pengatur ( Sabo Dam )
Di
samping dapat pula menahan sebagian gerakan sedimen, fungsi utama bendung
pengatur adalah untuk mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara fluvial
dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah sedimen yang meluap ke hilir tidak
berlebihan. Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan seimbang dengan
kemampuan daya angkut aliran air sungainya, sehingga sedimentasi pada daerah
kipas pengendapan dapat dihindarkan.
Gambar 6. Jenis –
Jenis Sabo Dam
Pada
sungai-sungai yang diperkirakan tidak akan terjadi banjir lahar, tetapi banyak
menghanyutkan sedimen dalam bentuk gerakan fluvial, maka bendung-bendung
pengatur dibangun berderet-deret di sebelah hulu daerah kipas pengendapan.
Untuk sungai-sungai yang berpotensi banjir lahar, maka bendung-bendung ini
dibangun di antara lokasi sistem pengendalian lahar dan daerah kipas
pengendapan.
Jika
tanah pondasi terdiri dari batuan yang lunak, maka gerusan tersebut dapat
dicegah dengan pembuatan bendung anakan (sub dam). Kadang-kadang sebuah bendung
memerlukan beberapa buah sub-dam, sehingga dapat dicapai kelandaian yang stabil
pada dasar alur sungai di hilirnya. Stabilitas dasar alur sungai tersebut dapat
diketahui dari ukuran butiran sedimen, debit sungai dan daya angkut sedimen,
kemudian barulah jumlah sub-dam dapat ditetapkan. Selanjutnya harus pula
diketahui kedalaman gerusan di saat terjadi banjir besar dan menetapkan jumlah
sub-dam yang diperlukan, agar dapat dihindarkan terjadinya keruntuhan
bendung-bendung secara beruntun. Sabo Dam memiliki beberapa bagian, antara lain:
Gambar 7. Bagian –
Bagian Sabo Dam
1. Mercu bendung
2. Pelimpah
3. Sayap
4. Kemiringan bagian
hilir
5. Kemiringan bagian
hulu
6. Lubang drainase
(driphole)
7. Lebar bawah
bendung
8. Kolam olak
9. Tembok tepi
10.
Sub Dam
3.
Sand Pocket ( Kantong Pasir )
Sand Pocket yaitu bangunan
pengendali sedimen yang dibuat di daerah sungai yang berbentuk kipas alluvial
untuk menampung sejumlah sedimen yang mengalir cukup besar sehingga sisa dari
yang ditahan check dam ditampung disini. Pada umumnya kantong pasir dilengkapi dengan tanggul keliling untuk
mencegah limpasan.
Gambar 8. Sand Pocket
4.
Ground Sill atau Ambang Pengendali Dasar
Ground Sill adalah check
dam yang rendah dibangun melintang sungai untuk menstabilkan dasar sungai dan mengarahkan
aliran sedimen. Bangunan ini direncanakan berupa ambang atau lantai dan berfungsi untuk
mengendalikan ketinggian dan kemiringan dasar sungai, agar dapatmengurangi atau
menghentikan degradasi sungai. Bangunan ini juga dibangun untuk menjaga agar dasar
sungai tidak turun terlalu berlebihan.
Gambar 9. Ground Sill
C.
Bangunan
Persungaian Utama
Gambar 10. Bangunan Persungaian Utama
Bangunan
utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke
seluruh daerah irigasi yang dilayani. Bangunan persungaian utama dapat dibedakan menjadi :
1.
Bendung
Bendung
adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai
atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka
air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang
dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke
tempat-ternpat yang memerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1)
bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet
(inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan
pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong
lumpur dan tanggul banjir.
Gambar 11. Bagian
Bangunan Persungaian Utama
2.
Pengambilan Bebas
Pengambilan
bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai untuk
dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada
bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di
sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi, muka air di sungai harus
lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
Gambar 12. Bagian
Bangunan Persungaian Utama
3.
Pengambilan dari waduk
Salah
satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan
mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat
bersifat eka guna dan multi guna. Pada umumnya waduk dibangun memiliki banyak
kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata,
dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan
outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pemberian air
sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
Gambar 13. Bagian Bangunan Persungaian Utama
4.
Stasiun Pompa
Bangunan
pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air
secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknis
maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa
adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan
eksploitasi yang sangat besar.
SUMBER MATERI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar